Bimbingan dan Konseling Karir di SLTA (SMA & SMK)
A.
Karakteristik
Perkembangan Karir Siswa SLTA
Di Indonesia terdapat dua macam
sekolah menengah yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK), dimana keduanya memiliki perbedaan yang mendasar dalam hal penerapan
ilmu. Tujuan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu (1) Meningkatkan
pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi
dan untuk mengembangkan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, (2) Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam
mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam
sekitar serta menyiapkan siswa untuk dapat melanjutkan pendidikan pada jenjang
pendidikan tinggi. Sedangkan tujuan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
yaitu (1) Menyiapkan siswa agar dapat memiliki kepribadian yang bermoral dan
beretika sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup dan memiliki keahlian yang
andal di bidangnya (terutama di bidang akomodasi perhotelan, usaha jasa
pariwisata dan boga), (2) Menyiapkan siswa agar mampu menguasai dan mengik uti
perkembangan teknologi, (3) Menyiapkan siswa menjadi tenaga kerja yang terampil
produktif untuk dapat mengisi lowongan kerja yang ada dan mampu menciptakan
lapangan kerja sendiri, (4) memberi peluang masa depan lebih baik jika tidak
bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi (Resti, 2009; Singgih Haryadi
Kusnadi M: 2010).
Adapun tugas-tugas perkembangan yang
harus dicapai untuk dapat sukses menjalani tahap perkembangan selanjutnya
(Prayitno, dkk, 2014), yaitu:
1. Mencapai
kematangan dan perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa;
2. Mencapai
kematangan dalam hubungan antar teman sebaya, baik pria maupun wanita, serta
kematangan dalam perannya sebagai pria atau wanita;
3. Mencapai
kematangan emosional;
4. Mencapai
kematangan pertumbuhan jasmaniah yang sehat;
5. Mencapai
kematangan dan pilihan karier yang akan dikembangan lebih lanjut;
6. Mampu
mencapai gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri dan mampu mengendalikan
diri baik secara emosional, intelektual, maupun ekonomi;
7. Mencapai
kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan berkeluarga;
8. Mengembangkan
kemampuan komunikasi sosial dan intelektual;
9. Mencapai
kematangan dan sistem etika dan nilai-nilai bagi pedoman hidup sebagai
individu, anggota keluarga, masyarakat, dan bangsa, serta sebagai warga negara.
Salah
satu tugas perkembangan yang penting adalah mempersiapkan karir ekonomi yang di
fokuskan pada perencanaan dan persiapan akan suatu pekerjaan. Tugas
perkembangan ini sering di sebut dengan tugas perkembangan vokasional.
Esensi dari
adanya perkembangan karier adalah bahwa setiap tahap kehidupan menuntut
penguasaaan berbagai penekanan yang meliputi kesadaran akan sifat-sifat diri
dan pilihan-pilihan kehidupan (Uman Suherma, 2009). Jadi, perkembangan
karier seorang individu harus diikuti dengan tugas-tugas perkembangan individu
di setiap tahap kehidupannya. A. Muri Yusuf (2002) menjelaskan
bahwa pemberian informasi karier pada siswa SMA/SMK atau sekolah menengah atas
lainnya, dilakukan dengan eksplorasi berbagai jenis pekerjaan, sesuai dengan
tahap perkembangannya. Bagi siswa SLTA terdapat beberapa fungsi informasi
karier sebagai persiapan untuk memilih pekerjaan, yaitu:
Tabel 1:
Karakteristik Perkembangan Karier Remaja (SMA/SMK)
Aspek
|
Indikator
|
Pengetahuan Diri
|
Ø Memperoleh
pengetahuan tentang pentingnya konsep perkembangan karier.
Ø Mengembangkan
keterampilan untuk berinteraksi dengan orang lain.
Ø Mengembangkan
kesadaran tentang pentingnya perkembangan emosional dan fisik dalam
pengambilan keputusan karier.
|
Pengembangan Pendidikan Kejuruan
|
Ø Mengembangkan
kesadaran tentang pentingnya prestasi pendidikan untuk melihat peluang karir.
Ø Mengembangkan kesadaran tentang hubungan
belajar dengan pekerjaan.
Ø Mengembangkan
kesadaran tentang hubungan timbal balik tanggung jawab pribadi, kebiasaan
bekerja yang baik, dan peluang karier.
Ø Memperoleh
keterampilan untuk memahami dan menggunakan informasi karier.
Ø Memperoleh
kesadaran bagaimana karier berhubungan dengan fungsi dan kebutuhan
masyarakat.
|
Perencanaan dan Eksplorasi Karier
|
Ø Mengembangkan
kesadaran hubungan timbal balik antara peran hidup, gaya hidup, dan karier.
Ø Mengembangkan kesadaran perbedaan jabaan dan
perubahan peran laki-laki dan perempuan.
|
Posisi siswa SMK sedang berada pada tahap eksplorasi dalam
perkembangan kariernya. Adapun tugas perkembangan karier pada masa eksplorasi
adalah sebagai berikut (Supriatna, M., & Budiman, N: 2009):
1.
Mengenal keterampilan membuat keputusan karier dan
memperoleh informasi yang relevan untuk membuat keputusan karier.
2.
Menyadari minat dan kemampuan dan menghubungkannya
dengan kesempatan kerja.
3.
Mengidentifikasi bidang dan tingkat pekerjaan yang
cocok dengan minat dan kemampuan.
4.
Memperoleh latihan untuk mengembangkan keterampilan
dan mempercepat memasuki pekerjaan atau jabatan guna memenuhi minat dan
kemampuannya.
B.
Tujuan
BK Karir
ABKIN (2007) dalam Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal menjelaskan bahwa Bimbingan dan
Konseling karier di sekolah (SMA/SMK) ditujukan untuk memfasilitasi siswa agar:
1. Memiliki
pemahaman diri (kemampuan, minat, dan kepribadian) yang terkait dengan
pekerjaan.
2. Memiliki
pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karier yang menunjang kematangan
kompetensi karier.
3. Memiliki
sikap positif terhadap dunia kerja.
4. Memahami
relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran) dengan persyaratan
keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita kariernya
masa depan.
5. Memiliki
kemampuan untuk membentuk identitas karier.
6. Memiliki
kemampuan merencanakan masa depan.
7. Dapat
membentuk pola-pola karier, yaitu kecenderungan arah karier.
8. Mengenal
keterampilan, kemampuan, dan minat.
9. Memiliki
kemampuan atau kematangan untuk mengambil keputusan karier.
Dalam
konteks pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan sekolah umum yang
nantinya para siswa diharapkan masuk ke perguruan tinggi. Hal tersebut karena
di SMA seorang murid tidak akan mendapat keahlian khusus, keahlian tersebut
salah satunya dapat diperoleh ketika melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi,
seperti masuk kuliah sesuai dengan jurusan yang diinginkan. Kurikulum program
studi terdiri dari IPA, IPS, dan Bahasa. Namun di SMA juga ada mata pelajaran
BK (Bimbingan Karir) yang rata-rata satu jam/minggunya. Pada pendidikan SMA,
bimbingan karir merupakan salah satu jenis bidang bimbingan yang dapat
memberikan informasi kepada para siswa mengenai minat karir yang diinginkan.
Secara umum bimbingan karir disekolah adalah untuk membantu siswa memiliki
keterampilan dalam mengambil keputusan mengenai karir dimasa depan (Kasim,
2001). Tujuan dari layanan bimbingan karir ialah agar siswa dapat merencanakan kegiatan
penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan di masa yang akan
datang. Para peserta didik dapat mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan
yang dimiliki peserta didik secara optimal, dan siswa dapat menyesuaikan diri
dalam lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat, dan lingkungan pekerjaannya
nanti (Baiq
Dini Mardiyati &Rudy Yuniawati: 2015).
Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) adalah sekolah yang mendidik dan membekali siswa dengan
keahlian khusus. Terdapat berbagai jurusan yang bisa dipilih di SMK yaitu:
teknik mesin, teknik elektro, teknik komputer, audio vidio, akuntansi, tata
boga, dll. Hal ini memudahkan siswa SMK untuk merencanakan karir masa depan.
Penjurusan di SMK sudah dimulai sejak kelas X, siswa dibekali keahlian khusus
hingga tiga tahun. Hal ini berpengaruh besar terhadap siswa untuk belajar dan
menggali informasi atau pengetahuan dibidang tertentu yang diminati dalam waktu
yang lebih lama.Siswa dapat memperdalam pengetahuan tentang minat bidang
melalui praktek kerja lapangan.Siswa SMK dapat mengeksplorasi dan memaksimalkan
potensi pada lingkungan sekitar.Secara umum siswa SMK mudah beradaptasi dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan karena memiliki banyak pengalaman dalam
bidang pekerjaan tertentu (Baiq Dini Mardiyati &Rudy
Yuniawati: 2015).
Menurut Anas Salahudin (2010) secara umum tujuan
bimbingan dan konseling karir di sekolah, yaitu: (1) memiliki pemahaman diri
(kemampuan, minat, dan kepribadian) yang terkait dengan pekerjaan; (2) memiliki
pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang kematangan
kompetensi kerja; (3) memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan
menguasai pelajaran) dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang
pekerjaan yang menjadi cita-cita karirnya di masa depan; (4) memiliki kemampuan
untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri- ciri pekerjaan,
kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan,
prospek kerja, dan kesejahteraan kerja; (5) memiliki kemampuan merencanakan
masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran
yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi; (6)
mengenal keterampilan, minat dan bakat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam
suatu karir amat dipengaruhi oleh minat dan bakat yang dimiliki. Oleh karena
itu, setiap orang harus memahami kemampuan dan minatnya, dalam bidang pekerjaan
apa dia mampu, dan apakah dia berniat terhadap pekerjaan tersebut; (7) memiliki
kemampuan atau kematangan untuk mengambil keputusan karir; (8) memiliki
kemampuan untuk menciptakan suasana hubungan industrial yang harmonis, dinamis,
berkeadilan, dan bermartabat.
Winkel &
Hastuti (2010) merumuskan bahwa peserta didik pada masing-masing jenjang
pendidikan sekolah diharapkan dapat:
1.
Memiliki bekal akademik, sehingga dapat menyesuaikan
diri dengan fluktuasi perubahan dalam masyarakat.
2.
Mempunyai tata cara bekerja yang baik dan tepat dalam
melakukan apa saja (good work habits).
3.
Berpegang pada nilai-nilai yang mendorong mereka mau
bekerja keras.
4.
Menguasai cara yang tepat untuk mengambil keputusan
tentang jabatan dan melamar pekerjaan di pasar kerja.
5.
Memiliki keterampilan umum serta yang memungkinkan
untuk mengikuti program latihan lebih luas dan mendalam dalam lingkungan
jabatannya kelak (trainable).
6.
Sudah mengambil keputusan, berdasarkan pertimbangan
matang terhadap data dan fakta tentang diri sendiri serta penawaran kesempatan
memperoleh pendidikan tambahan, sebelum akan memasuki lingkungan suatu jabatan.
Adapun secara khusus,
tujuan bimbingan karier di SMK adalah untuk membantu atau memfasilitasi
perkembangan individu (peserta didik) agar memiliki kemampuan-kemampuan sebagai
berikut (Supriatna, M., & Budiman, N: 2009):
1. Memahami
dan menilai dirinya, terutama potensi dasar (bakat, minat, sikap, kecakapan,
dan cita-cita) yang terkait dengan dunia kerja yang akan dimasukinya kelak.
Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karier amat dipengaruhi oleh kemampuan
individu memahami dan menilai potensi dasar yang dimilikinya. Oleh karena itu,
maka setiap siswa perlu dibantu untuk memahami potensi dasar dirinya, sehingga
menentukan pilihan atau mengambil keputusan yang sesuai dengan dunia kerja
pilihannya itu.
2. Menyadari
dan memahami nilai-nilai yang ada pada diri dan masyarakatnya, sehingga
menumbuhkan sikap positif terhadap dunia kerja. Sikap positif berarti bahwa
individu mau bekerja dalam bidang pekerjaan apa pun tanpa merasa rendah diri,
yang penting bermakna bagi diri dan lingkungannya, serta sesuai dengan norma
agama yang dianutnya.
3. Mengetahui
lingkungan pekerjaan yang berhubungan dengan potensi dirinya serta memahami
jenis-jenis pendidikan dan/atau pelatihan yang diperlukan untuk mengembangkan
karier dalam bidang pekerjaan tertentu. Melalui pengetahuan dan pemahaman
tersebut individu terdorong untuk membentuk identitas karier dengan cara
mengenali ciri-ciri pekerjaan, persyaratan yang dituntut, lingkungan pekerjaan,
prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.
4. Menemukan
dan dapat mengatasi hambatan-hambatan yang disebabkan oleh faktor diri dan
lingkungannya.
5. Merencanakan
masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh
peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan
sosial-ekonomi.
6. Membentuk
pola-pola karier, yaitu kecenderungan arah karier. Misalnya, apabila seorang
siswa bercita-cita menjadi pemandu wisata, dia senantiasa harus mengarahkan
dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karier kepariwisataan.
Posisi
layanan bimbingan karier di SMK adalah membantu siswa mencari dan menemukan
bidang karier yang cocok dengan dirinya (Supriatna, M., & Budiman, N: 2009).
Layanan bimbingan karier di SMK hendaknya membantu siswa agar mampu:
1. Mengembangkan
kesadaran akan perlunya penerapan yang lebih khusus dari tujuan karier;
2. Mengembangkan
rencana-rencana yang lebih khusus guna menerapkan tujuan karier;
3. Melaksanakan
rencana-rencana untuk dapat memenuhi syarat guna memasuki pekerjaan dengan
mengambil mata pelajaran yang mendukung pekerjaan, latihan dalam jabatan, dan
mengejar latihan lebih lanjut di perguruan tinggi atau pendidikan setelah
sekolah lanjutan yang mengantarkan siswa pada kualifikasi untuk suatu pekerjaan
khusus.
C.
Pertimbangan
Perencanaan Karir
Winkel & Hastuti (2010: 673)
menjelaskan bahwa program bimbingan karir di sekolah harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
1. Terpusat
pada siswa, yang mengandung tuntutan memberikan serangkaian pengalaman yang
dibutuhkan oleh para siswa, yang mengandung tuntutan memberikan serangkaian
pengalaman yang dibutuhkan oleh para siswa untuk meningkatkan perkembangan
karir mereka.
2. Berorientasi
pada lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya yang mengelilingi para siswa, dengan
mengindahkan bahwa lingkungan itu akan mengalami berbagai perubahan yang
mempunyai dampak terhadap perkembangan karir orang muda.
3. Terarah ke arah perkembangan seperangkat
kemampuan peserta didik yang mereka butuhkan untuk dapat merencanakan masa depannya
dan mengimplementasikan rencana itu dalam rentetan tindakan nyata.
D.
Perspektif
pada Penempatan Vokasional
SMK sebagai salah satu
pilar pencetak tenaga kerja sudah seharusnya mampu menjawab tuntutan
pasar. Untuk itu siswa perlu dibekali dengan berbagai kompetensi. Kompetensi
yang paling dekat dengan SMK adalah kompetensi vokasional. Depdiknas (dalam Nining
Mariyaningsih: 2016) menyatakan bahwa kompetensi vokasional merupakan kemampuan
untuk membuat produk yang berkaitan dengan bidang pekerjaan tertentu.
Kompetensi vokasional dasar terdiri dari pengembangan dan perwujutan produk dan
aspek afektif berupa keberanian bertanggung jawab atas hasil kreatifitas,
kepercayaan pada dirinya, serta komitmen terhadap hidup produktif.
Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI, 2002) vokasional diartikan sebagai yang
bersangkutan dengan (sekolah) kejuruan atau bersangkutan dengan bimbingan
kejuruan. Ataupun dalam arti umum, orang-orang sering memaknai vokasional
dikaitkan dengan pekerjaan atau keterampilan untuk mencari nafkah atau sumber
penghidupan.
E.
Teknik/Aktivitas
BK Karir
Mengacu pada perkembangan karir
menurut Super siswa Sekolah Menengah pada tahap eksplorasi sudah seharusnya
siswa mampu merencanakan pekerjaan sesuai dengan bidang keahliannya, dapat menetapkan
tujuan dan dapat melakukan pendalaman sesuai dengan bidang yang dipilih. Namun
kenyataannya, banyak sekali siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) belum bisa
menentukan bidang karir mereka setelah lulus nanti. Masih banyak permasalahan
karir yang terjadi di Sekolah Menengah Kejuruan (Luluk Sersiana, at al: 2013).
Sehingga layanan Bimbingan dan Konseling Karir sangat diperlukan di jenjang
pendidikan SLTA.
Bimbingan karir merupakan proses
membantu individu dalam memahami dan menerima diri sendiri dan yang kedua
membantu memahami sekaligus menyesuaikan diri dengan dunia kerja nyata. Dengan
demikian hal yang terpenting dalam bimbingan karir adalah adanya pemahaman,
penerimaan, dan penyesuaian diri baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap
dunia kerja, serta pemecahan masalah-masalah karir yang dihadapi (Ita
Juwitaningrum: 2013). Untuk membantu siswa dalam mempersiapkan dirinya dalam
pemilihan karir, maka siswa terlebih dahulu dapat memahami dirinya yaitu dengan
cara memahami keterampilan yang dimiliki, bakat, minat, cita- cita, serta aspek
lain yang mendukung pemahaman diri siswa (Febry Yani Falentini, at al: 2013).
Sciarra (dalam Uman Suherman 2009)
menjelaskan bahwa komponen dan kompetensi yang akan diberikan kepada siswa
SMA/SMK meliputi:
1.
Identifikasi pendidikan dan keterampilan yang dimiliki
untuk memilih karier yang sesuai dengan bidangnya atau yang diminati.
2.
Pengenalan dampak-dampak dari pilihan-pilihan karier
yang telah dibuat.
3.
Mengembangkan keterampilan yang dimiliki untuk membuat
rencana karier.
4.
Memahami potensi, bakat, dan minat yang dimiliki.
5.
Membuat
keputusan terhadap pilihan kariernya.
6. Memahami bahwa perkembangan karier merupakan suatu
proses yang harus dijalani selama hidup.
Bimbingan
karir di SMA difokuskan kepada bantuan kepada para siswa dalam hal pemahaman
diri, pemahaman karir, belajar mengambil keputusan dan melakukan keputusan
karir secara mandiri sebagai hasil perpaduan serasi atas pemahaman diri dan pemahaman
karirnya. Atas dasar ini, semua kegiatan atau aktivitas bimbingan karir di SMA
diarahkan untuk mewujudkan kemandirian siswa dalam mengambil keputusan karir,
meraih dan mempertahankan karirnya dalam kehidupan di masyarakat untuk masa
yang akan datang (Mustafa Zen, 2012).
F.
Riset
Terkait
1. Judul:
Mengasah Kompetensi Vokasional Siswa SMK Melalui Integrasi Pembelajaran Proyek
Berbasis Ekonomi Kreatif
Peneliti:
Nining Mariyaningsih (2016)
Hasil
penelitian:
Pembelajaran proyek berbasis ekonomi kreatif perlu
diintegrasikan dalam kegiatan pembelajaran yang inonatif. Guru perlu mendesain
implementasi pembelajaran proyek dengan melibatkan lingkungan sehingga menciptakan
peluang usaha bagi siswa jurusan binis manajemen SMK Negeri 1 Salatiga. Pengintegrasian
pembelajaran proyek berbasis ekonomi kreatif memberikan dampak terciptanya
produk-produk kreatif yang memiliki nilai jual dan terbukti mampu mengasah
kemampuan vokasional siswa SMK.
2. Judul:
Kematangan Vokasional pada Siswa Kelas XII di SMA Negeri 1 Klaten Ditinjau dari
Keyakinan Diri Akademik dan Jenis Kelas
Peneliti:
Ari Purwandari (2009)
Hasil
Penelitian:
Keyakinan diri akademik berkaitan dengan kematangan
vokasional. Siswa yang memiliki keyakinan diri akademik tinggi juga akan
memiliki kematangan vokasional yang tinggi. Sebaliknya jika keyakinan diri
akademik siswa rendah maka kematangan vokasional juga rendah.
3. Judul:
Kematangan Karier Siswa SMK Ditinjau dari Jenis Kelamin dan Jurusan
Peneliti:
Ika Zenita Ratnaningsih, at al.
Hasil
Penelitian:
Hasilnya penelitian menujukkan bahwa tidak ada
perbedaan kematangan karier ditinjau dari jenis kelamin ataupun jurusan. Selain
jenis kelamin sebagai faktor demografis yang bersifat internal, dimungkinkan
bahwa ada faktor internal seperti efikasi diri dan faktor eksternal seperti
karakteristik sekolah yang mempengaruhi kematangan karier. Tingginya skor
kematangan karier pada siswa SMK perlu dipertahankan dengan memberikan
bimbingan karier yang komprehensif. Untuk siswa yang memiliki skor kematangan
karier yang rendah, yaitu sebanyak 27 siswa perlu mendapatkan perhatian khusus
untuk diberikan program intervensi guna meningkatkan kematangan karier.
4. Judul:
Pengaruh Motivasi, Prestasi Belajar, Status Sosial Ekonomi Orangtua dan
Lingkungan Teman Sebaya terhadap Minat Melanjutkan Pendidikan ke Perguruan
Tinggi Pada Siswa Kelas Xii Kompetensi Keahlian Akuntansi Di SMK Negeri Se-
Kota Semarang Tahun Ajaran 2014/2015
Peneliti:
Nabila Kharisma & Lyna Latifah (2014)
Hasil
penelitian:
Terdapat pengaruh positif motivasi, prestasi
belajar, status sosial ekonomi orang tua dan lingkungan teman sebaya terhadap
minat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada siswa kelas XII
kompetensi keahlian akuntansi di SMK Negeri se-Kota Semarang tahun ajaran
2014/2015. Terdapat pengaruh positif motivasi terhadap minat melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi pada siswa kelas XII kompetensi keahlian
akuntansi di SMK
Negeri se-Kota Semarang tahun ajaran 2014/2015.
5. Judul:
Pengaruh Bimbingan Karir dan Lingkungan Sekolah Melalui Motivasi Kerja Terhadap
Kesiapan Kerja Siswa Kelas XII Kompetensi Keahlian Akuntansi SMK Negeri 2
Magelang
Peneliti:
Muhammad Zachim Alfan (2014)
Hasil
Penelitian:
Hasil penelitian menunjukkan hasil bahwa bimbingan
karir berpengaruh terhadap kesiapan kerja siswa. Semakin efektif bimbingan
karir yang diberikan kepada siswa maka akan membuat siswa semakin siap untuk
terjun dalam dunia kerja. Bimbingan karir merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi tinggi atau rendahnya kesiapan kerja siswa. Indikator bimbingan
karir yang digunakan adalah pemahaman diri, pemahaman nilai- nilai, pemahaman
lingkungan, pemahaman hambatan dan cara mengatasi masalah, serta merencanakan
masa depan.
6. Judul: Layanan
Informasi Karier Melalui Media Permainan Monopoli untuk Meningkatkan Kemantapan
Pengambilan Keputusan Studi Lanjut Siswa Kelas XI IPA-2 SMAN 1 Menganti
Peneliti: Iffah, H.
M., & PRATIWI, T. I. (2013)
Hasil
Penelitian:
Pelaksanaan layanan informasi karier diberikan sebanyak
4 tahapan. Pada tahap pertama materi yang disampaikan adalah materi mengenai
pemahaman diri serta menggali seberapa paham siswa atas bakat yang dimiliki
melalui cerita seekor anak ayam dan induk elang. Pada tahapan ke dua dan ke
tiga layanan informasi karier yang diberikan menggunakan media permainan
monopoli. Siswa memperoleh informasi mengenai perguruan tinggi melalui media
permainan monopoli selain itu peneliti juga menjelaskan sedikit mengenai
perguruan tinggi. Siswa juga diberikan pemahaman mengenai dunia kerja sehingga
mampu mengambil keputusan studi lanjut sesuai dengan pekerjaan yang ia inginkan
kelak. Pemberian materi tentang kemantapan pengambilan keputusan studi lanjut
melalui media permainan monopoli dalam layanan informasi karier mampu
memberikan dampak pada siswa, ada yang menjadi lebih paham dan ada juga yang
turun, namun adapula yang tetap atau tidak mengalami perubahan. Siswa yang
mengalami peningkatan setelah diberikan perlakuan berupa layanan informasi
karier melalui media permainan monopoli studi lanjut sejumlah 26 orang,
sedangkan siswa yang mengalami penurunan skor sejumlah 4 orang. Hal ini
membuktikan bahwa layanan informasi karier melalui media permainan monopoli
dapat meningkatkan kemantapan pengambilan keputusan studi lanjut siswa kelas XI
IPA-2 SMAN 1 Menganti.
7. Judul: Perbedaan
Adaptabilitas Karir Ditinjau dari Jenis Sekolah (SMA DAN SMK)
Peneliti: Baiq
Dini Mardiyati &Rudy Yuniawati
Hasil
Penelitian:
Perbedaan adaptabilitas karir antara siswa yang
bersekolah di SMA dengan siswa yang bersekolah di SMK disebabkan oleh beberapa
aspek, yaitu career planning meliputi
sejauhmana individu memikirkan berbagai kegiatan dalam rangka usaha untuk
mencari informasi mengenai dunia pekerjaan yang diinginkan. Mempelajari
berbagai informasi terkait pekerjaan dan merencanakan pekerjaannya dengan orang
lain, turut mengambil kursus atau kegiatan yang berkaitan dan dapat berguna.
Siswa yang bersekolah di SMK memiliki career planning satu tahap lebih awal
dibandingkan dengan siswa yang bersekolah di SMA. Sistem kurikulum pendidikan
sekolah SMK telah mengarahkan sejak awal pada penjurusan bidang karir tertentu
dibandingkan dengan sekolah SMA yang baru menjuruskan siswa setelah masuk pada
tingkat kelas XI. Sekolah SMK mengarahkan penjurusan bidang karir yang lebih
spesifik dibandingkan dengan sekolah SMA yang secara umum hanya menjuruskan
siswa pada tiga kategori bidang yaitu IPA, IPS dan Bahasa. Ditinjau dari aspek
ini maka siswa yang bersekolah di SMK memiliki kesempatan yang lebih banyak
untuk merencanakan bidang karir karena telah memilih penjurusan bidang sejak di
tingkat X dibandingkan siswa SMA yang merencanakan karir baru di tingkat kelas
XI.
8. Judul: Urgensi
Career Decision Making Skills dalam
Penentuan Arah Peminatan Peserta Didik
Peneliti: Edris
Zamroni
Hasil
Penelitian:
Keterampilan mengambil keputusan karir dalam wujud
pengambilan keputusan pemilihan arah peminatan merupakan faktor yang penting
dalam penentuan arah peminatan siswa. Dikatakan demikian karena tujuan
pendidikan dan dikembangkannya kurikulum 2013 untuk mengembangkan potensi siswa
secara optimum harus diawali dengam pengambilan keputusan secara tepat berkaitan
dengan arah peminatan yang mana yang sesuai dengan potensi siswa. Selain itu,
siswa juga harus mampu menyusun strategi yang baik dalam meraih kesuksesa pada
setiap arah peminatan yang telah ditentukan. Manifestasi penentuan pilihan
tidak hanya selesai ketika siswa sudah mampu memilih pilihan tetapi juga
diwujudkan dalam bentuk tanggung jawab terhadap pilihan yang telah diambil
sehingga siswa mendapatkan manfaat maksimal dari pilihannya tersebut. Konselor
harus menjadi pendamping yang baik dalam membimbing siswa memilih pilihan karir
yang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh siswa tersebut.
9. Judul:
Kemampuan Pengambilan Keputusan Karir Siswa Kelas XI di SMA Negeri 1 Kutasari
Purbalingga
Peneliti: Heru
Pramudi (2015)
Hasil
Penelitian: Siswa kurang memiliki kemampuan
pengambilan keputusan karir, diantaranya adalah kurangnya kemampuan
mengeksplorasi, mengkristalisasi, pemilihan, dan
mengklarifikasi karir ke depan. Peneliti juga menggunakan angket pengambilan
keputusan karir yang terdiri dari faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan
keputusan karir. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagain besar
siswa mengambil keputusan karir sesuai dengan keadaan orang tua dan sesuai
dengan minatnya. Akan tetapi masih banyak siswa yang belum yakin dengan
keputusan karirnya dan sebagian besar juga menyatakan tidak menentukan sendiri
dalam mengambil keputusan karirnya.
KEPUSTAKAAN
A. Muri
Yusuf. (2002). Kiat Sukses dalam Karier.
Padang: Ghalia Indonesia.
ABKIN. (2007).
Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: ABKIN.
Anas
Salahudin. (2010). Bimbingan & Konseling. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Falentini, F. Y., Taufik, T., &
Mudjiran, M. (2013). Usaha Yang Dilakukan Siswa Dalam Menentukan Arah Pilihan
Karir Dan Hambatan-Hambatan Yang Ditemui. Konselor, 2(1).
Iffah, H. M., & PRATIWI, T. I.
(2013). Layanan Informasi Karier Melalui Media Permainan Monopoli Untuk
Meningkatkan Kemantapan Pengambilan Keputusan Studi Lanjut Siswa Kelas XI IPA-2
SMAN 1 Menganti. Jurnal BK UNESA, 3(01), 183-190.
Ika Zenita Ratnaningsih, at al. Kematangan
Karier Siswa SMK Ditinjau dari Jenis Kelamin dan Jurusan. Jurnal Humanitas, Vol. 13 No. 2, ISSN 1693-7236.
Juwitaningrum, I. (2013). Program
bimbingan karir untuk meningkatkan kematangan karir siswa SMK. PSIKOPEDAGOGIA
Jurnal Bimbingan dan Konseling, 2(2), 132-147.
Kharisma,
N., & Latifah, L. (2015). Pengaruh Motivasi, Prestasi Belajar, Status Sosial
Ekonomi Orangtua dan Lingkungan Teman Sebaya Terhadap Minat Melanjutkan
Pendidikan ke Perguruan Tinggi pada Siswa Kelas XII Kompetensi Keahlian
Akuntansi Di SMK Negeri Se-Kota Semarang Tahun Ajaran 2014. Economic
Education Analysis Journal, 4(3).
Kusnadi, M.,
& Haryadi, S. (2010). Perbedaan perencanaan karir siswa SMK dan SMU
(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Manrihu,
M.T. (1992). Program Bimbingan Karir di
Sekolah. Jakarta: Dikti DEPDIKBUD.
Mardiyati, B. D., & Yuniawati,
R. (2015). Perbedaan adaptabilitas karir ditinjau dari jenis sekolah (SMA dan
SMK). EMPATHY Jurnal Fakultas Psikologi, 3(1), 31-41.
Muhammad
Zachim Alfan. (2014). Pengaruh Bimbingan Karir dan Lingkungan Sekolah Melalui
Motivasi Kerja Terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas XII Kompetensi Keahlian
Akuntansi SMK Negeri 2 Magelang. Economic
Education Analysis Journal, 3 (1), ISSN 2252-6544.
Nining Mariyaningsih. (2016). Mengasah
Kompetensi Vokasional Siswa SMK Melalui Integrasi Pembelajaran Proyek Berbasis
Ekonomi Kreatif. Jurnal.
Prayitno,
dkk. (2014). Pembelajaran Melalui
Pelayanan BK di Satuan Pendidikan. Padang: UNP Press.
Purwandari,
A. (2009). Kematangan vokasional pada siswa kelas XII di SMA Negeri 1 Klaten
ditinjau dari keyakinan diri akademik dan jenis kelas (Doctoral
dissertation, Universitas Diponegoro).
Purwandari, A. (2009). Kematangan
vokasional pada siswa kelas XII di SMA Negeri 1 Klaten ditinjau dari keyakinan
diri akademik dan jenis kelas (Doctoral dissertation, Universitas Diponegoro).
Sersiana, L., Muis, T., &
Purwoko, B. (2013). The Relationship Between Career Self Efficacy and
Perception Towards Career Future and Career Maturity On The Students Of SMK
PGRI Wonoasri In The Academic Year Of 2012/2013. Jurnal BK UNESA. Vol, 3(01),
172-180.
Supriatna,
M., & Budiman, N. (2009). Bimbingan karier di SMK. Dalam e-book.
Uman
Suherman. (2009). Konseling Karir
Sepanjang Rentang Kehidupan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Winkel,
& Hastuti, M.M. Sri. (2004). Bimbingan dan Konseling Di Institusi
Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit
Media Abadi.
Zamroni, E. (2016). Urgensi Career
Decision Making Skills dalam Penentuan Arah Peminatan Peserta Didik. Jurnal
Konseling Gusjigang, 2(2).
Zen, Mustafa. (2012). Faktor-faktor
Dominan yang Berpengaruh dalam Perencanaan Arah Karier (Studi pada Siswa SMA
Negeri Kota Pariaman). Disertasi tidak diterbitkan. Padang Program Studi
Doktor Ilmu Pendidikan PPS UNP Padang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar