SUPER
LIFE SPAN THEORY SERTA
APLIKASINYA DALAM BK KARIR
A.
Konsep
Dasar Teori
Pada tahun 1953, Super
menerbitkan teorinya tentang pilihan dan pengembangan karir. Teori Super
mencakup proposisi yang berkaitan dengan teori trait and factor, psikologi perkembangan, dan teori perkembangan
pribadi (Kelley, 1955), Super juga membuat gagasannya tentang konsep diri dan
teori sosiologis. Super (1990) menyatakan dalam salah satu proposisinya bahwa
kepuasan kerja dan kehidupan bergantung pada sejauh mana seseorang menemukan
outlet yang memadai untuk kemampuan, kebutuhan, nilai, minat, ciri kepribadian
dan konsep diri" (Lent, Brown, & Hackett, 2002).
Super (dalam Herr and
Cramer, 1992; dalam Magistarina, Elrisfa, 2009) menjelaskan
bahwa pekerjaan merupakan suatu kegiatan yang dianggap berharga oleh seseorang,
bersifat langsung dan berturut-turut yang mana membutuhkan usaha. Kegiatan ini
bisa memiliki kompensasi (paid work)
atau tidak memiliki kompensasi (volunteer).
Tujuan seseorang bekerja adalah untuk memenuhi ketertarikanyan terhadap
pekerjaan tersebut, memperoleh struktur kehidupan, dukungan ekonomi atau
kenyaman yang diberikan dan fasilitasi yang diberikan oleh pekerjaan tersebut.
Super (1976) memandang
karir sebagai jalannya peristiwa-peristiwa kehidupan, tahapan-tahapan pekerjaan
dan peranan kehidupan lainnya yang keseluruhannya menyatakan tanggung jawab
seseorang pada pekerjaan dalam keseluruhan pola perkembangan dirinya. Super
membuat tahapan-tahapan perkembangan karir yang dicirikan dengan tugas-tugas
yang spesifik pada masing-masing tahapan perkembangan karir tersebut (Hami et al., 2006). Teori "life-span, life-space" Super (1980)
“emphasizes the successful resolution of
career development tasks at each stage of the life-span, such as adolescents
developing a vocational identity and a connection to the adult world of work.
Super’s theory also addresses the “life-space” that encompasses aspects of the
social context, such as race, gender, and social class”. Jadi, teori Super
menekankan pada kesuksesan individu dalam mencapai tugas pengembangan karir pada
setiap tahap rentang kehidupannya (Diemer & Blustein, 2006). Traditional theories of careers of Super
were based on a system of clear, hierarchical organizational structures and a
growing economy (Sullivan & Baruch, 2009). Super
mengemukakan teori life-span yang menitikberatkan
pada pembangunan vokasional untuk membangunkan konsep diri fisikal dan mental
individu terutama dalam pekerjaan (Ahmad at al, 2015).
Super (dalam Hadiarni & Irman, 2009: 127)
menyatakan bahwa karir yang akan dilalui oleh seseorang dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya (1) faktor yang terdapat pada individu itu
sendiri, berkaitan dengan bakat, minat, kemauan, sikap, kemampuan intelektual,
dan berbagai potensi diri lainnya; (2) faktor yang berada diluar diri individu,
diantaranya taraff kehidupan sosial-ekonomi keluarga, tuntutan lingkungan
setempat, budaya yang berkembang, kesempatan atau peluang kerja yang tersedia.
Perpaduan antara faktor internal dengan eksternal (lingkungan) diri individu,
melahirkan pilihan karir seseorang, namun yang amat dominan dalam mempengaruhi
karir diri seseorang adalah faktor yang berada pada diri individu. Menurut
Super (1990) walaupun aspek kejuruan yang berkaitan dengan pekerjaan dan peran individu
menjadi perhatian utama, namun peran penting lainnya seperti anggota keluarga,
lingkungan, dan minat juga harus diperhitungkan (Savickas, M. L., et al, 2009).
Faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
pilihan karir seseorang juga akan turut mempengaruhi (1) tahap-tahap karir; (2)
tugas-tugas perkembangan yang dicapai ketika berhasil melewati tahap tertentu;
(3) pengimplementasian konsep diri bagi pengembangan identitas karier; (4)
perkembangan kematangan karier; dan (5) pola karir (Gibson, 2011; Robbaniyah, N I,
at al, 2011). Pekerjaan disesuaikan dengan umur
dan tingkat dengan kematangan emosinya. Yang mana dalam teori super (Nihayah, 2015) terdapat 5 fase
perkembangan karir pada manusia yaitu, growth stage, exploratory stage, establishment
stage, maintenance stage, dan disengagement stage.
Super berasumsi bahwa
aspek-aspek psikologis seperti predisposisi
genetic dan aspek geografis memiliki peranan terhadap aspek-aspek lain dari
perkembangan karir individu. Aspek-aspek ini terdiri dari perkembangan
karakteristik psikologis dan struktur sosial ekonomi di lingkungannya. Faktor
psikologis dan sosial-ekonomi ini secara bersama-sama mempengaruhi the self. Setiap individu mempelajari
dirinya sendiri dan lingkungannya dan melewati tahapan-tahapan dimana mereka
menyusun konsep dirinya. Super dan rekan-rekanya melakukan studi dan penelitian
yang komprehensif untuk kemudian menurunkan konsep tentang life role dan tahap perkembangan (Hami et al., 2006).
Super (dalam Maslihah, Agustiani & Yuanita, 2010) menjelaskan
bahwa orientasi karir meliputi tiga dimensi, yaitu: (1) informasi dunia kerja (world-of-work-information), meliputi
informasi tentang pekerjaan tertentu dan informasi tentang orang lain dalam
dunia kerja; (2) sikap terhadap perkembangan karir (career development attitudes), merupakan arah kecenderungan
individu terhadap bidang karir tertentu yang dapat dilihat dari aktivitas-aktivitas
yang dilakukan individu yang meliputi perencanaan karir dan eksplorasi karir;
(3) keterampilan membuat keputusan karir (skilts
of career decision making), meliputi penggunaan pengetahuan dalam membuat
rencana karir dan penggunaan pemikiran dalam membuat rencana karir. Jadi,
setiap individu harus memiliki persiapan untuk dapat membuat keputusan yang
tepat dalam memilih karir, seperti memiliki informasi tentang dunia kerja
sehingga ia akan memiliki gambaran yang jelas tentang dunia kerja.
Super (dalam Sharf,
1992; dalam Maslihah, Agustiani & Yuanita,
2010) menjelaskan bahwa informasi dunia kerja mencakup dua konsep utama, yaitu: (1)
dimilikinya informasi tentang pekerjaan tertentu, seperti informasi tentang
jenis-jenis pekerjaan yang sesuai dengan karir yang diharapkan, cara memasuki
dunia kerja atau informasi berkaitan tentang adanya aturan dalam pekerjaan
tertentu; (2) dimilikinya informasi tentang orang lain dalam dunia kerjanya,
seperti bagaimana orang lain mempelajari tentang pekerjaannya atau bagaimana
orang berhasil dalam berkarir. Lebih lanjut, sikap seorang individu terhadap
perkembangan karir akan menggambarkan kecenderungannya dalam bertindak atau
berperilaku terhadap bidang karir tertentu.
Super (dalam Sharf,
1992; dalam Maslihah, Agustiani & Yuanita,
2010) menjelaskan bahwa sikap individu terhadap perkembangan karir dapat
dianalisis dari dua aktivitas, yaitu (1) perencanaan karir (career planning) yang mengacu kepada
aktivitas individu dalam merencanakan karir, seperti mempelajari informasi
tentang karir, membicarakan tentang karir dengan orang dewasa, berpartisipasi
dalam kegiatan ekstra kurikuler sesuai dengan karir yang diharapkan dan
mengikuti kursus, pendidikan atau latihan yang mengarah kepada karir masa
depan; dan (2) eksplorasi karir (career
exploration), yaitu aktivitas individu dalam memanfaatkan sumber informasi
karir, seperti memanfaatkan orang tua, guru, konselor, kenalan, dan buku atau
film sebagai sumber informasi karir. Selanjutnya, individu juga harus terampil
dalam membuat keputusan karir, sedikitnya ada dua alasan mengapa keterampilan
membuat keputusan dipandang penting bagi individu. Pertama, hakikatnya hidup dari waktu ke waktu merupakan rangkaian
dari hasil pengambilan keputusan karena dalam hidup selalu ada pilihan dan
konflik. Kedua, keterampilan membuat
keputusan menjadi penting karena jika individu keliru mengambil keputusan
tertentu maka ia cenderung dihadapkan kepada suatu masalah tertentu (Maslihah, Agustiani & Yuanita, 2010).
Super (dalam Manrihu,
1992; dalam Mulyani, S et al,) membagi perkembangan karir menjadi 5 tahap,
yaitu:
1. Tahap
pertumbuhan (growth stage) sejak
lahir hingga usia 14 tahun.
a. Prevokasional
atau keingintahuan (0-4 tahun), tidak adanya minat ataupun keterlibatan dengan
pilihan bidang karir, tingkah laku didorong oleh kebutuhan dan keingintahuan;
b. Fantasi
(4-10 tahun), yaitu khayalan menjadi dasar pemilihan bidang pekerjaan;
c. Minat
(11-12 tahun), hal-hal yang disukai menjadi determinan utama dari aspirasi dan
aktivitas;
d. Kapasitas
(13-14 tahun), kemampuan dan kapasitas menjadi dasar pertimbangan pemilihan
karir;
2. Tahap
Eksplorasi (exploration stage) pada
usia 15-24 tahun.
a. Subtahap
sementara (tentative substage) usia 15-17
tahun, kebutuhan, minat, kemampuan, dan nilai menjadi dasar bagi pemilihan bidang
pekerjaan;
b. Subtahap
transisi (transition substage) usia
18-21 tahun, ketika seseorang memasuki pasar tenaga kerja atau mencari
kesempatan kerja menjadi ciri pemikirannya;
c. Subtahap
ujicoba (transition substage) usia
22-24 tahun, suatu awal ditemukanya peran pekerjaan yang dirasa sesuai oleh
seseorang dan dicobakan sebagai suatu potensi pekerjaan seumur hidup.
3. Tahap
pembangunan (estabhlisment substage)
usia 25-44 tahun.
a. Subtahap
uji coba (triat substage) usia 25-30
tahun, satu atau dua perubahan karir mungkin menandai periode ini, tetapi ada
komitmen yang lebih besar terhadap pekerjaan;
b. Subtahap
stabilisasi (stabilization substage)
usia 31-44 tahun, ketika pola karir menjadi lebih jelas, seseorang berusaha
untuk membuat tempat yang nyaman bagi dirinya dalam dunia kerja.
4. Tahap
pemeliharaan (maintenance stage) usia
45-64 tahun, perhatian utama seseorang pada masa ini adalah pada kelanjutan dari
pekerjaan yang dipilihnya dan berpegang pada hasil-hasil yang diperoleh.
5. Tahap
penurunan (decline stage) dimulai
sejak 65 tahun.
a. Subtahap
pertambatan (deceleration substage)
usia 65-70 tahun, merupakan saat penurunan aktivitas kerja;
b. Subtahap
pensiun (retirement substage) dimulai
sejak usia 71 tahun.
Super
(dalam Savickas, 2001; dalam Dewi R, 2017) menjelaskan
bahwa individu dikatakan matang atau siap untuk membuat keputusan karir jika
pengetahuan yang dimilikinya untuk membuat keputusan karir didukung oleh
informasi yang kuat mengenai pekerjaan berdasarkan eksplorasi yang telah
dilakukan. Super (dalam Osipow, 1983; Lestari I, 2017) mengemukakan
komponen-komponen kematangan karir, yaitu:
1. Orientasi
pilihan karir, yaitu berkenaan dengan tingkat kepedulian yang ditampakkan oleh
individu dalam masalah karir dan keefektifannya dalam menggunakan sumber
informasi yang akurat dalam kaitannya dengan pembuatan keputusan karir.
2. Informasi
dan perencanaan, yaitu berhubungan dengan informasi yang dimiliki individu
tentang pilihan karir, tingkat kekhususan rencana pilihan karir dan tingkat
keterlibatan dalam aktivitas perencanaan karir.
3. Konsistensi,
yaitu konsistensi bidang pilihan karir, konsistensi tingkat pilihan karir, dan
tingkat konsistensi dengan pilihan karir keluarga.
4. Kristalisasi
sifat, yang dalam hal ini memiliki beberapa indikator, yaitu minat karir,
kepedulian terhadap kompetensi karir, independensi karir, dan penerimaan tanggung
jawab perencanaan karir.
5. Kebijakan
pilihan karir, yaitu hubungan antara kemampuan individu dengan pilihan karir,
minat dengan pilihan kair, dan aktivitas dengan pilihan karir.
B.
Karakteristik
Teori
Teori Life Span dari
Super untuk perkembangan karir pada akhir masa remaja dan dewasa menggunakan
konsep utama yaitu: life role dan life stage. Menurut Super, peran penting
bagi individu pada tahap ini adalah belajar, bekerja, pelayanan masyarakat, keluarga
dan aktivitas olahraga/rekreasi. Makna penting atau peran yang menonjol, dapat
dilihat dari partisipasi individu dalam aktivitas-aktivitas tersebut,
komitmennya terhadap aktivitas dan seberapa besar aktivitas dimaknai. Tahapan
perkembangan karir masa dewasa meliputi: exploration,
establisment, maintenance dan disengagement.
Aspek kunci dari teori Super adalah tahapan-tahapan ini tidak selamanya
berhubungan/ditentukan oleh usia. Individu bisa saja melakukan recycle atau terus maju, dan tahap-tahap
ini dapat dicapai pada waktu yang berbeda-beda bagi tiap orang dalam hidupnya (Hami et al., 2006).
Lebih lanjut,
dijelaskan bahwa Super (1980, 1990) menggunakan gagasan tentang "life-career rainbow" untuk mewakili
pandangannya tentang “total life space,
total life span” seseorang (Sugarman, L, 2005).
Sejumlah peran besar
dalam hidup adalah tempat di ruang melengkung yang berasal dari daftar penentu
pribadi dan mencapai ke arah daftar usia setengah lingkaran dan rentang atas
tahap perkembangan Super (Pertumbuhan, Eksplorasi, Pemeliharaan dan Penurunan).
Kontribusi lainnya dari
Super adalah konsep tentang pola karir yang dimodifikasinya dari enam
klasifikasi yang dipergunakan oleh Miller dan Form dalam studinya tentang pola
karir untuk laki-laki dan klasifikasi tersebut terbagi menjadi empat (dalam
Hadiarni & Irman, 2009: 132), yaitu:
Klasifikasi
Pola
|
Klasifikasi
Karir
|
Karakteristik
|
Pola karir
stabil
|
Profesional,
managerial, pekerja terampil
|
Masuk kedalam
karir secara dini dengan sedikit atau tanpa masa percobaan
|
Pola karir
konvensional
|
Managerial,
pekerja terampil, pekerja administrasi
|
Masa kerja
perobaan diikuti dengan masuk ke dalam pola yang stabil
|
Pola karir tak
stabil
|
Pekerja
semi-terampil, pekerja administrasi dan pekerja domestik
|
Beberapa
pekerjaan dengan masa percobaan yang dapat mengarah pada pekerjaan yang
stabil temporer, diikuti dengan pekerjaan dengan masa percobaan lainnya.
|
Pola karir jamak
|
Pekerja
domestik dan pekerja semi-terampil
|
Karir tidak
tetap yang ditandai dengan pekerjaan yang selalu berubah-ubah.
|
Selanjutnya Super
(dalam Hadiarni & Irman, 2009: 133), juga mengklasifikasikan pola karir untuk perempuan
menjadi tujuh kategori, yaitu:
Klasifikasi
Pola Karir
|
Karaktersitik Umum
|
Pola karir ibu
rumah tangga yang stabil
|
Menikah
sebelum mendapatkan pengalaman kerja yang signifikan
|
Pola karir
konvensional
|
Memasuki dunia
kerja setelah pelatihan di SMA atau perguruan tinggi, sekedar untuk mengisi
waktu luang sebelum menikah; selanjutnya menjadi ibu rumah tangga pnuh waktu
|
Pola karir
kerja stabil
|
Memasuki dunia
kerja sesudah mengikuti pelatihan dan memandang pekerjaannya sebagai karir
seumur hidup
|
Pola karir “double-track”
|
Memasuki karir
sesudah pelatihan, lalu menikah dan memulai kedua dalam bidang
kerumahtanggaan
|
Pola karir
terinterupsi
|
Memasuki dunia
kerja lalu menikah dan melepaskan karir untuk menjadi ibu rumah tangga penuh
waktu, dan mungkin kembali ke dalam karir tergantung pada situasi dirumah
|
Pola karir tak
stabil
|
Khas terjadi
pada masyarakat sosioekonomi lemah, dimana polanya adalah; bekerja, PHK,
menjadi ibu rimah tangga, dan kemudian siklus ini berulang lagi
|
Pola karir “multiple-trial”
|
Tidak pernah
mapan dalam satu karir, selalu berubah-ubah pekerjaan.
|
Lebih lanjut, Super
mengemukakan beberapa proposisi-proposisi (dalam Hadiarni & Irman, 2009:
134), sebagai berikut:
1.
Orang itu berbeda-beda kemampuannya,
minat dan kepribadiannya;
2.
Karena sifat-sifat tersebut orang mempunyai
kewenangan untuk melakukan sejumlah pekerjaan;
3.
Setiap pekerjaan menghendaki pola
kemampuan, minat dan sifat kepribadian yang cukup luas, sehingga bagi setiap
orang tersedia beragam pekerjaan dan setiap pekerjaan terbuka bagi
bermacam-macam orang;
4.
Preferensi dan kemampuan vokasional,
serta konsep diri orang itu berubah-ubah;
5.
Orang mengalami proses perubahan mealui
tahap-tahap pertumbuhan, eksplorasi, kemapanan, pemeliharaan, dan kemunduran;
6.
Pola karir ditentukan oleh taraf
sosioekonomi orangtua, kemampuan mental, ciri kepribadian dan oleh tersedianya
kesempatan;
7.
Perkembangan orang dalam melewati
tahap-tahap dapat dipandu dengan bantuan untuk pematangan kemampuan dan minat
dan dengan bantuan untuk melakukan dan uji realitas serta untuk mengembangkan konsep
diri;
8.
Perkembangan karir adalah proses
manifestasi dan membuat kompromi dan ini adalah soal konsep diri;
9.
Proses mensintesis atau kompromi antara
faktor-faktor individu dan sosial, antara konsep diri dan realitas, adalah
proses permainan peranan dalam berbagai latar dan keadaan;
10. Penyaluran
kemampuan, minat, sifat kepribadian, dan nilai menentukan diperolehnya kepuasan
kerja dan kepuasan hidup;
11. Kepuasan
yang diperoleh dari pekerjaan itu selaras dengan peneraapan konsep diri;
12. Bekerja
dan pekerjaan merupakan titik pusat organisasi kepribadian bagi kebanyakan
orang, sedangkan bagi segolongan orang lain yang menjadi titik pusat adalah hal
lain.
C.
Kekuatan
dan Kelemahan Teori
1.
Kekuatan
Teori
Terdapat beberapa kekuatan dari teori ini (Nulla,
2017), yaitu sebagai berikut:
a. Keputusan karir merupakan rangkaian yang tersusun atas keputusan-keputusan
sebelumnya, berdasarkan kecocokan pilihan karir yang berpengaruh pada usaha untuk mewujudkan konsep diri (self concept).
b. Super juga melakukan penelitian dalam bidang rehabilitasi yang menunjukan
bahwa walaupun fisik individu memiliki kecacatan namun terdapat sejumlah
potensi yang dimiliki untuk pekerjaan yang dapat dilakukan dengan hasil yang
memuaskan sesuai dengan ciri-ciri yang dipersyaratkan oleh pekerjaan itu.
c. Perkembangan jabatan dipandang sebagai suatu proses yang mencakup banyak
faktor antara lain: faktor diri individu, lingkungan yang berinteraksi satu
sama lain dan bersama-sama membentuk proses perkembangan karir seseorang.
d. Pandangan super memiliki beberapa implikasi bagi pendidikan karir dan
konseling karir tentang gambaran diri dan kematangan vokasional yang menjadi
pegangan bagi sorang pendidik bila merancang program pendidikan karir dan
bimbingan karir.
2.
Kelemahan
Teori
Super mengusulkan teori bahwa orang melewati tahapan
karir tertentu selama masa hidup mereka, waktu transisi antara tahap karir itu
lebih merupakan fungsi dari kepribadian individu dan keadaan hidup dari pada
usia kronologis. Kelemahan pada teori Super terletak pada waktu yang tidak
konvensional tidak secara otomatis membuat tugas pengembangan karir pun lebih
sulit, atau memiliki implikasi bahwa hasil akhir akan kurang berhasil (Jayanti, Suharsono, & Ingarianti, 2015)
D.
Riset-Riset
Berkenaan dengan Teori
Terdapat beberapa riset
yang berkenaan dengan teori, diantaranya sebagai berikut:
1.
Judul:
Pelatihan orientasi karir dalam upaya meningkatkan pengetahuan orientasi karir
remaja
Peneliti:
Sri Maslihah, Agustiani & Rasni Adha Yuanita
Hasil Penelitian:
Penelitian ini dilakukan atas dasar pentingnya persiapan yang harus dimiliki
individu dalam membuat keputusan yang tepat tentang karir. Persiapan ini perlu
dilakukan mengingat pemilihan karir memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang
tidak sekedar mendapat pekerjaan yang sifatnya semertara waktu, namun
diantaranya dilakukan dengan melakukan perencanaan terhadap pemilihan bidang studi
dengan karir yang diharapkan. Perencanaan terhadap pemilihan bidang studi
dimulai saat siswa SMA dihadapkan pada pemilihan jurusan karena kesalahan dalam
pemilihan jurusan akan bertampak kurang baik terhadap perkembangan karir siswa.
Pelatihan ini menggunakan pendekatan gryerential
leaming dan mengacu pada teori orientasi karir dari Super (dalam Sharp,
1992). Merurut Super orientasi karir meliputi tiga dimensi, yaitu (l) informasi
dunia kerja, (2) sikap terhadap perkembangan karir dan (3) keterampilan membuat
keputusan karir. Hasil pengetahuan orientasi karir remaja siswa kelas X SMAN 4
Bandung menunjukkan setelah diberikan pelatihan terdapat perbedaan peningkatan
pengetahuan orientasi karir antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Hasil uji statistik dan analisis deskriptif setiap dimensi orientasi karir pada
kelompok eksperimen menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan, jadi pelatihan
orientasi karir berperan terhadap peningkatan pengetahuan orientasi karir remaja
siswa kelas X SMAN 4 Bandung.
2.
Judul:
Gambaran Vocational Interest Siswa dan Jenis Pekerjaan Orangtua Siswa SMA N 3
PADANG.
Peneliti:
Elrisfa Magistarina
Hasil Penelitian:
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mayoritas siswa SMA N 3 Padang berminat pada
kategori scientific dan medical, sedangkan untuk kategori yang
kurang diminati adalah outdoor, practical dan mechanical. Mayoritas ayah memiliki pekerjaan pegawai dan pedagang
serta mayoritas ibu merupakan ibu rumah tangga dan pegawai. Tidak banyak siswa
yang memiliki vocational interest yang sama dengan orang tuanya, dan dapat
disimpulkan bahwa pekerjaan orang tua bukan merupakan sumber informasi utama
yang dimiliki siswa dalam mempertimbangkan vocational interestnya.
3.
Judul:
Pengembangan Modul Informasi Karir untuk Peserta Didik Kelas X Jurusan Teknik
Kendaraan Ringan (TKR) SMK Negeri 26 Jakarta.
Peneliti:
Hutama, P R, et al.
Hasil Penelitian: Penelitian ini
dilakukan dengan permasalahan utama, yaitu kurangnya sumber yang dapat
digunakan guru BK dalam memberikan layanan Bimbingan dan Konseling (BK) karir. Dari
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa modul informasi karir yang
dikembangkan dapat digunakan oleh guru BK dalam memberikan layanan bimbingan
karir di sekolah.
4.
Judul: Efektivitas
Layanan Konseling Karir untuk Meningkatkan Kemampuan Adaptasi Karir Mahasiswa
BK FIP UNJ Angkatan 2011.
Peneliti: Robbaniyah, N I, at
al.
Hasil Penelitian: Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui efektivitas layanan konseling karir untuk
meningkatkan kemampuan adaptasi karir mahasiswa BK UNJ angkatan 2011. Dari
hasil data yang diperoleh dilapangan dapat diinterpretasikan bahwa pemberian
intervensi berupa konseling karir efektif untuk digunakan dalam meningkatkan
kemampuan adaptasi karir mahasiswa.
5.
Judul: Pengembangan
Dumatari Sebagai Media Bimbingan Karier
Peneliti: Nurbaity, Yuliana
Rizki, Nadia, Ilham Tawakal, Muhammad Rizky
Hasil Penelitian: Remaja memiliki
berbagai masalah yang berkaitan dengan pemahaman, perencanaan dan pemantapan
diri berkenaan dengan karier yang penting untuk diperhatikan terutama dalam
bidang bimbingan dan konseling. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan
media berupa sebuah modul pemahaman diri karier (Dumatari) yang layak untuk
digunakan baik secara mandiri oleh siswa maupun sebagai media dalam layanan
bimbingan karier di sekolah.
6.
Judul: Kematangan Karir
Siswa SMA
Peneliti: H.R. Partino
Hasil Penelitian: Layanan
bimbingan, persepsi penjurusan, riwayat hidup, efikasi diri dan prestasi
akademik berpengaruh terhadap kematangan karir, riwayat hidup berpengaruh
langsung dan tidak langsung terhadap kematangan karir, dan prestasi akademik
berpengaruh positif terhadap kematangan karir. Temuan ini sesuai dengan teori
Super (1994) dan hasil studi Super & Overstreet (dalam Osipow, 1983).
7.
Judul: The Effectiveness of Career Exploration
Program for High School Students
Peneliti: Poh Li, Lau1,
Aqeel, Khan2, Haslee Sharil Abdullah3 and Fong Peng, Chew4.
Hasil Penelitian: “The purpose of
this study to assess the effects of an 8-week Career exploration Program (CEP)
on high school students' career maturity and self-concept in Malaysia. This
study was based on a pretest and posttest design using a control group. Data
were collected from 69 high school students representing the experimental group
and 70 high school students making up the control group. Modes of measurement
consisted of the Crites Career Maturity Inventory and the Tennessee
Self-Concept Scale. Data for this study were coded numerically and analyzed
using analysis of covariance. The results revealed that the sample's career
maturity and self-concept improved statistically significant. Discussion and
implications for school counselor are discussed.” Jadi, hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa kematangan karir dan konsep diri meningkat secara
statistik signifikan melalui Career
exploration Program (CEP) (Li, 2011).
8.
Judul: The Validity And Reliability
Test For Career Intervention Program Questionnaire (CIPQ)
Peneliti: Abdul Hanid Halit,
Ph.D
Hasil Penelitian: “This study has
been carried out successfully achieve goals and objectives. Some questions that
have been raised in the earlier part of this study can be answered
satisfactorily. On the whole, the CIPQ has been carrid out successfully career
affect the exploration stage of career development in the tentative among
secondary school students studied. This fact has been proved by the findings of
this study.” Teori perkembangan karir dari
Super (1971) telah terbukti cocok sebagai dasar untuk menguji program karir
terutama pada masa eksplorasi tentati. Program karir di sekolah menengah harus
diberikan perhatian tertentu. hal ini dikarenakan program karir di sekolah
mengacu pada efektivitas seorang siswa dalam mencapai tugas perkembangannya dan
kemampuannya untuk melanjutkan perkembangan dari satu usia ke usia berikutnya. Oleh
karena itu, menjadi tanggung jawab unit pelayanan konseling karir di sekolah
tertentu untuk memberikan program karir yang mantap yang dirancang untuk
membantu siswa menguasai pengetahuan dan keterampilan berkarir.
E.
Aplikasi
Teori dalam BK
Super meyakini bahwa sangat
penting bagi individu untuk memiliki pengetahuan tentang dunia kerja sebelum
dilakukan konseling. Dalam memberikan layanan informasi karir, guru BK tidak
hanya memberikan pengetahuan yang berkaitan dengan dunia karir atau suatu
jabatan saja, akan tetapi, guru BK juga harus membantu peserta didik mengenali
karakteristik diri dan potensi-potensi yang dimilikinya agar kelak peserta
didik dapat memilih karir atau suatu jabatan tertentu yang sesuai dengan preferensi
yang ada pada dirinya (Hutama, P R, et al, 2014).
Teori perkembangan
karir dari Super (1971) dapat dijadikan dasar untuk menerapkan perkembangan
karir siswa di SMA, Super dan Nevill (dalam Halit, 2014) menyatakan
bahwa program karir di sekolah menengah harus mempertimbangkan hal-hal berikut
ini:
1. Informasi
dunia kerja dan luasnya dimana seorang siswa mengetahui dunia kerja dan langkah
apa yang akan diambilnya untuk sukses di dunia kerja.
2. Eksplorasi
karir, yaitu bagaimana seorang siswa menggunakan kemampuan untuk menggunakan
informasi tersebut untuk merencanakan karir.
3. Perencanaan
karir, yaitu bagaimana seorang siswa memikirkan masa depan dengan perencanaan
karir.
4. Pembuatan
keputusan, yaitu bagaimana siswa terlibat dalam masalah pendidikan dan memilih
karier.
5. Sikap
terhadap perkembangan karir, yaitu bagaimana seorang siswa menggabungkan
perencanaan karir dan eksplorasi karir.
6. Pengembangan
keterampilan dan pengetahuan karir, yaitu bagaimana seseorang menggabungkan
hasil memilih karir dengan dunia kerja informasi.
KEPUSTAKAAN
Ahmad, at al. (2015). Cooking Practices In Vocational
Rehabilitation Centres Probation Teens In Malaysia. In: International Conference on Education. 2 - 4 Jun 2015,
Universiti Brunei Darussalam.
Chanum, D. I., & Psi, M. (2014). Untuk
Peserta Didik Kelas X Jurusan Teknik, 87–91.
Dewi R. (2017). The Relationship Of Relationship Between Self
Eficacy And Social Support With Career Maturity On The Student Of Nurse Stikes
Muhammadiyah Lhokseumawe. Analitika,
Vol. 9 (1) Juni (2017) p-ISSN : 2085-6601 e-ISSN : 2502-4590, Available online
http:/ojs.uma.ac.id/index.php/analitika.
Diemer & Blustein. (2006). Critical consciousness and career
development among urban youth. Journal of Vocational Behavior, 68
(220–232).
Hadiarni & Irman. (2009). Konseling karir. Batusangkar: STAIN
Batusangkar.
Halit, A. H. (2014). The Validity And Reliability Test For Career
Intervention Program Questionnaire (CIPQ). The
international journal of social sciences, 19 (1), 45–54, ISSN 2305-4557.
Hami, et al. (2006). Tingkat
Kematangan Karir pada Mahasiswa Tingkat Akhir di Universitas Padjadjaran.
Fakultas Psikologi-Universitas Padjadjaran.
Jayanti, Suharsono, & Ingarianti. (2015). Nilai Kerja pada Anggota TNI-AD
Berdasarkan Tahapan Karir. Jurnal Ilmiah
Psikologi Juni 2015, Vol. 2, No. 1, Hal: 79 – 93.
Lent, R. W., Brown, S. D., & Hackett, G. (2002). Social Cognitive
Career Theory. Career Choice and Development. https://doi.org/https://doi.org/10.1006/jvbe.1994.102.
Lestari I. (2017). Meningkatkan Kematangan Karir Remaja
Melalui Bimbingan Karir Berbasis Life Skills. Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1, ISSBN 2460-1187.
Li, P. (2011). The Effectiveness of
Career Exploration Program for High School Students, 20, 226–230.
Maslihah, Agustiani & Yuanita. (2010). Proceeding Psychological Intervention for
Increasing Indonesian's Quality of Life (Pelatihan orientasi karir dalam upaya
meningkatkan pengetahuan orientasi karir remaja). Yogyakarta: Kanisius.
Magistarina, Elrisfa. (2009). and T
ransitions of A thletes, 395–412.
Mulyani, S, at al. Kematangan
Karir Siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Cikarang.
Nihayah, U. (2015). MENGEMBANGKAN
POTENSI ANAK: Antara Mengembangkan Bakat dan Ekploitasi Ulin Nihayah, 10(April),
135–150.
Nulla. (2017). Teori Perkembangan
Karir Donald Super. http://gudangilmukita212.blogspot.co.id/2017/01/teori-perkembangan-karier-donald-super.html, diakses: 14 Maret 2017.
Partino. (2006). Kematangan Karir Siswa SMA. PSlKOLOGIKA Nomor 21 Tahun XI Januari
2006.
Proceeding Seminar Dan Lokakarya Nasional Revitalisasi
Laboratorium Dan Jurnal Ilmiah Dalam Implementasi Kurikulum Bimbingan Dan
Konseling Berbasis KKNI, 4 – 6 Agustus 2017, Malang, Jawa Timur, Indonesia.
Robbaniyah, N I, at al. (2011). Efektivitas
Layanan Konseling Karir untuk Meningkatkan Kemampuan Adaptasi Karir Mahasiswa
BK FIP UNJ Angkatan 2011. BK-UNJ.
Savickas,
M. L., et al. Life designing: A paradigm for career construction in the 21st
century. Journal of Vocational Behavior
(2009), doi:10.1016/j.jvb.2009.04.004.
Sugarman, L. (2005). Life-Span Development Frameworks, accounts and
strategies Second edition.
Psychology Press is a part of the Taylor & Francis Group.
Sullivan, S. E., & Baruch, Y. (2009). Journal of Management. https://doi.org/10.1177/0149206309350082.