"ANNISA PERTIWI", "BIMBINGAN DAN KONSELING", "UNP"

Kamis, 05 April 2018

SUPER LIFE SPAN THEORY SERTA APLIKASINYA DALAM BK KARIR


SUPER LIFE SPAN THEORY SERTA APLIKASINYA DALAM BK KARIR
 

  A.    Konsep Dasar Teori

Pada tahun 1953, Super menerbitkan teorinya tentang pilihan dan pengembangan karir. Teori Super mencakup proposisi yang berkaitan dengan teori trait and factor, psikologi perkembangan, dan teori perkembangan pribadi (Kelley, 1955), Super juga membuat gagasannya tentang konsep diri dan teori sosiologis. Super (1990) menyatakan dalam salah satu proposisinya bahwa kepuasan kerja dan kehidupan bergantung pada sejauh mana seseorang menemukan outlet yang memadai untuk kemampuan, kebutuhan, nilai, minat, ciri kepribadian dan konsep diri" (Lent, Brown, & Hackett, 2002).

Super (dalam Herr and Cramer, 1992; dalam Magistarina, Elrisfa, 2009) menjelaskan bahwa pekerjaan merupakan suatu kegiatan yang dianggap berharga oleh seseorang, bersifat langsung dan berturut-turut yang mana membutuhkan usaha. Kegiatan ini bisa memiliki kompensasi (paid work) atau tidak memiliki kompensasi (volunteer). Tujuan seseorang bekerja adalah untuk memenuhi ketertarikanyan terhadap pekerjaan tersebut, memperoleh struktur kehidupan, dukungan ekonomi atau kenyaman yang diberikan dan fasilitasi yang diberikan oleh pekerjaan tersebut.

Super (1976) memandang karir sebagai jalannya peristiwa-peristiwa kehidupan, tahapan-tahapan pekerjaan dan peranan kehidupan lainnya yang keseluruhannya menyatakan tanggung jawab seseorang pada pekerjaan dalam keseluruhan pola perkembangan dirinya. Super membuat tahapan-tahapan perkembangan karir yang dicirikan dengan tugas-tugas yang spesifik pada masing-masing tahapan perkembangan karir tersebut (Hami et al., 2006). Teori "life-span, life-space" Super (1980) “emphasizes the successful resolution of career development tasks at each stage of the life-span, such as adolescents developing a vocational identity and a connection to the adult world of work. Super’s theory also addresses the “life-space” that encompasses aspects of the social context, such as race, gender, and social class”. Jadi, teori Super menekankan pada kesuksesan individu dalam mencapai tugas pengembangan karir pada setiap tahap rentang kehidupannya (Diemer & Blustein, 2006). Traditional theories of careers of Super were based on a system of clear, hierarchical organizational structures and a growing economy (Sullivan & Baruch, 2009). Super mengemukakan teori life-span yang menitikberatkan pada pembangunan vokasional untuk membangunkan konsep diri fisikal dan mental individu terutama dalam pekerjaan (Ahmad at al,  2015).


Super  (dalam Hadiarni & Irman, 2009: 127) menyatakan bahwa karir yang akan dilalui oleh seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya (1) faktor yang terdapat pada individu itu sendiri, berkaitan dengan bakat, minat, kemauan, sikap, kemampuan intelektual, dan berbagai potensi diri lainnya; (2) faktor yang berada diluar diri individu, diantaranya taraff kehidupan sosial-ekonomi keluarga, tuntutan lingkungan setempat, budaya yang berkembang, kesempatan atau peluang kerja yang tersedia. Perpaduan antara faktor internal dengan eksternal (lingkungan) diri individu, melahirkan pilihan karir seseorang, namun yang amat dominan dalam mempengaruhi karir diri seseorang adalah faktor yang berada pada diri individu. Menurut Super (1990) walaupun aspek kejuruan yang berkaitan dengan pekerjaan dan peran individu menjadi perhatian utama, namun peran penting lainnya seperti anggota keluarga, lingkungan, dan minat juga harus diperhitungkan (Savickas, M. L., et al, 2009).

Faktor-faktor  internal dan eksternal yang mempengaruhi pilihan karir seseorang juga akan turut mempengaruhi (1) tahap-tahap karir; (2) tugas-tugas perkembangan yang dicapai ketika berhasil melewati tahap tertentu; (3) pengimplementasian konsep diri bagi pengembangan identitas karier; (4) perkembangan kematangan karier; dan (5) pola karir (Gibson, 2011; Robbaniyah, N I, at al, 2011). Pekerjaan disesuaikan dengan umur dan tingkat dengan kematangan emosinya. Yang mana dalam teori super (Nihayah, 2015) terdapat 5 fase perkembangan karir pada manusia yaitu, growth stage, exploratory stage, establishment stage, maintenance stage, dan disengagement stage.

Super berasumsi bahwa aspek-aspek psikologis seperti predisposisi genetic dan aspek geografis memiliki peranan terhadap aspek-aspek lain dari perkembangan karir individu. Aspek-aspek ini terdiri dari perkembangan karakteristik psikologis dan struktur sosial ekonomi di lingkungannya. Faktor psikologis dan sosial-ekonomi ini secara bersama-sama mempengaruhi the self. Setiap individu mempelajari dirinya sendiri dan lingkungannya dan melewati tahapan-tahapan dimana mereka menyusun konsep dirinya. Super dan rekan-rekanya melakukan studi dan penelitian yang komprehensif untuk kemudian menurunkan konsep tentang life role dan tahap perkembangan (Hami et al., 2006).

Super (dalam Maslihah, Agustiani & Yuanita, 2010) menjelaskan bahwa orientasi karir meliputi tiga dimensi, yaitu: (1) informasi dunia kerja (world-of-work-information), meliputi informasi tentang pekerjaan tertentu dan informasi tentang orang lain dalam dunia kerja; (2) sikap terhadap perkembangan karir (career development attitudes), merupakan arah kecenderungan individu terhadap bidang karir tertentu yang dapat dilihat dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan individu yang meliputi perencanaan karir dan eksplorasi karir; (3) keterampilan membuat keputusan karir (skilts of career decision making), meliputi penggunaan pengetahuan dalam membuat rencana karir dan penggunaan pemikiran dalam membuat rencana karir. Jadi, setiap individu harus memiliki persiapan untuk dapat membuat keputusan yang tepat dalam memilih karir, seperti memiliki informasi tentang dunia kerja sehingga ia akan memiliki gambaran yang jelas tentang dunia kerja.

Super (dalam Sharf, 1992; dalam Maslihah, Agustiani & Yuanita, 2010) menjelaskan bahwa informasi dunia kerja  mencakup dua konsep utama, yaitu: (1) dimilikinya informasi tentang pekerjaan tertentu, seperti informasi tentang jenis-jenis pekerjaan yang sesuai dengan karir yang diharapkan, cara memasuki dunia kerja atau informasi berkaitan tentang adanya aturan dalam pekerjaan tertentu; (2) dimilikinya informasi tentang orang lain dalam dunia kerjanya, seperti bagaimana orang lain mempelajari tentang pekerjaannya atau bagaimana orang berhasil dalam berkarir. Lebih lanjut, sikap seorang individu terhadap perkembangan karir akan menggambarkan kecenderungannya dalam bertindak atau berperilaku terhadap bidang karir tertentu.

Super (dalam Sharf, 1992; dalam Maslihah, Agustiani & Yuanita, 2010) menjelaskan bahwa sikap individu terhadap perkembangan karir dapat dianalisis dari dua aktivitas, yaitu (1) perencanaan karir (career planning) yang mengacu kepada aktivitas individu dalam merencanakan karir, seperti mempelajari informasi tentang karir, membicarakan tentang karir dengan orang dewasa, berpartisipasi dalam kegiatan ekstra kurikuler sesuai dengan karir yang diharapkan dan mengikuti kursus, pendidikan atau latihan yang mengarah kepada karir masa depan; dan (2) eksplorasi karir (career exploration), yaitu aktivitas individu dalam memanfaatkan sumber informasi karir, seperti memanfaatkan orang tua, guru, konselor, kenalan, dan buku atau film sebagai sumber informasi karir. Selanjutnya, individu juga harus terampil dalam membuat keputusan karir, sedikitnya ada dua alasan mengapa keterampilan membuat keputusan dipandang penting bagi individu. Pertama, hakikatnya hidup dari waktu ke waktu merupakan rangkaian dari hasil pengambilan keputusan karena dalam hidup selalu ada pilihan dan konflik. Kedua, keterampilan membuat keputusan menjadi penting karena jika individu keliru mengambil keputusan tertentu maka ia cenderung dihadapkan kepada suatu masalah tertentu (Maslihah, Agustiani & Yuanita, 2010).

Super (dalam Manrihu, 1992; dalam Mulyani, S et al,) membagi perkembangan karir menjadi 5 tahap, yaitu:

1.      Tahap pertumbuhan (growth stage) sejak lahir hingga usia 14 tahun.
a.       Prevokasional atau keingintahuan (0-4 tahun), tidak adanya minat ataupun keterlibatan dengan pilihan bidang karir, tingkah laku didorong oleh kebutuhan dan keingintahuan;
b.      Fantasi (4-10 tahun), yaitu khayalan menjadi dasar pemilihan bidang pekerjaan;
c.       Minat (11-12 tahun), hal-hal yang disukai menjadi determinan utama dari aspirasi dan aktivitas;
d.      Kapasitas (13-14 tahun), kemampuan dan kapasitas menjadi dasar pertimbangan pemilihan karir;
2.      Tahap Eksplorasi (exploration stage) pada usia 15-24 tahun.
a.       Subtahap sementara (tentative substage) usia 15-17 tahun, kebutuhan, minat, kemampuan, dan nilai menjadi dasar bagi pemilihan bidang pekerjaan;
b.      Subtahap transisi (transition substage) usia 18-21 tahun, ketika seseorang memasuki pasar tenaga kerja atau mencari kesempatan kerja menjadi ciri pemikirannya;
c.       Subtahap ujicoba (transition substage) usia 22-24 tahun, suatu awal ditemukanya peran pekerjaan yang dirasa sesuai oleh seseorang dan dicobakan sebagai suatu potensi pekerjaan seumur hidup.
3.      Tahap pembangunan (estabhlisment substage) usia 25-44 tahun.
a.       Subtahap uji coba (triat substage) usia 25-30 tahun, satu atau dua perubahan karir mungkin menandai periode ini, tetapi ada komitmen yang lebih besar terhadap pekerjaan;
b.      Subtahap stabilisasi (stabilization substage) usia 31-44 tahun, ketika pola karir menjadi lebih jelas, seseorang berusaha untuk membuat tempat yang nyaman bagi dirinya dalam dunia kerja.
4.      Tahap pemeliharaan (maintenance stage) usia 45-64 tahun, perhatian utama seseorang pada masa ini adalah pada kelanjutan dari pekerjaan yang dipilihnya dan berpegang pada hasil-hasil yang diperoleh.
5.      Tahap penurunan (decline stage) dimulai sejak 65 tahun.
a.       Subtahap pertambatan (deceleration substage) usia 65-70 tahun, merupakan saat penurunan aktivitas kerja;
b.      Subtahap pensiun (retirement substage) dimulai sejak usia 71 tahun.

Super (dalam Savickas, 2001; dalam Dewi R, 2017) menjelaskan bahwa individu dikatakan matang atau siap untuk membuat keputusan karir jika pengetahuan yang dimilikinya untuk membuat keputusan karir didukung oleh informasi yang kuat mengenai pekerjaan berdasarkan eksplorasi yang telah dilakukan.  Super (dalam Osipow, 1983; Lestari I, 2017) mengemukakan komponen-komponen kematangan karir, yaitu:

1.      Orientasi pilihan karir, yaitu berkenaan dengan tingkat kepedulian yang ditampakkan oleh individu dalam masalah karir dan keefektifannya dalam menggunakan sumber informasi yang akurat dalam kaitannya dengan pembuatan keputusan karir.
2.      Informasi dan perencanaan, yaitu berhubungan dengan informasi yang dimiliki individu tentang pilihan karir, tingkat kekhususan rencana pilihan karir dan tingkat keterlibatan dalam aktivitas perencanaan karir.
3.      Konsistensi, yaitu konsistensi bidang pilihan karir, konsistensi tingkat pilihan karir, dan tingkat konsistensi dengan pilihan karir keluarga.
4.      Kristalisasi sifat, yang dalam hal ini memiliki beberapa indikator, yaitu minat karir, kepedulian terhadap kompetensi karir, independensi karir, dan penerimaan tanggung jawab perencanaan karir.
5.      Kebijakan pilihan karir, yaitu hubungan antara kemampuan individu dengan pilihan karir, minat dengan pilihan kair, dan aktivitas dengan pilihan karir.

  B.     Karakteristik Teori

Teori Life Span dari Super untuk perkembangan karir pada akhir masa remaja dan dewasa menggunakan konsep utama yaitu: life role dan life stage. Menurut Super, peran penting bagi individu pada tahap ini adalah belajar, bekerja, pelayanan masyarakat, keluarga dan aktivitas olahraga/rekreasi. Makna penting atau peran yang menonjol, dapat dilihat dari partisipasi individu dalam aktivitas-aktivitas tersebut, komitmennya terhadap aktivitas dan seberapa besar aktivitas dimaknai. Tahapan perkembangan karir masa dewasa meliputi: exploration, establisment, maintenance dan disengagement. Aspek kunci dari teori Super adalah tahapan-tahapan ini tidak selamanya berhubungan/ditentukan oleh usia. Individu bisa saja melakukan recycle atau terus maju, dan tahap-tahap ini dapat dicapai pada waktu yang berbeda-beda bagi tiap orang dalam hidupnya (Hami et al., 2006).

Lebih lanjut, dijelaskan bahwa Super (1980, 1990) menggunakan gagasan tentang "life-career rainbow" untuk mewakili pandangannya tentang “total life space, total life span” seseorang (Sugarman, L, 2005).
Sejumlah peran besar dalam hidup adalah tempat di ruang melengkung yang berasal dari daftar penentu pribadi dan mencapai ke arah daftar usia setengah lingkaran dan rentang atas tahap perkembangan Super (Pertumbuhan, Eksplorasi, Pemeliharaan dan Penurunan).

Kontribusi lainnya dari Super adalah konsep tentang pola karir yang dimodifikasinya dari enam klasifikasi yang dipergunakan oleh Miller dan Form dalam studinya tentang pola karir untuk laki-laki dan klasifikasi tersebut terbagi menjadi empat (dalam Hadiarni & Irman, 2009: 132), yaitu:

Klasifikasi Pola
Klasifikasi Karir
Karakteristik
Pola karir stabil
Profesional, managerial, pekerja terampil
Masuk kedalam karir secara dini dengan sedikit atau tanpa masa percobaan
Pola karir konvensional
Managerial, pekerja terampil, pekerja administrasi
Masa kerja perobaan diikuti dengan masuk ke dalam pola yang stabil
Pola karir tak stabil
Pekerja semi-terampil, pekerja administrasi dan pekerja domestik
Beberapa pekerjaan dengan masa percobaan yang dapat mengarah pada pekerjaan yang stabil temporer, diikuti dengan pekerjaan dengan masa percobaan lainnya.
Pola karir jamak
Pekerja domestik dan pekerja semi-terampil
Karir tidak tetap yang ditandai dengan pekerjaan yang selalu berubah-ubah.
Selanjutnya Super (dalam Hadiarni & Irman, 2009: 133),  juga mengklasifikasikan pola karir untuk perempuan menjadi tujuh kategori, yaitu:

Klasifikasi Pola Karir
Karaktersitik Umum
Pola karir ibu rumah tangga yang stabil
Menikah sebelum mendapatkan pengalaman kerja yang signifikan
Pola karir konvensional
Memasuki dunia kerja setelah pelatihan di SMA atau perguruan tinggi, sekedar untuk mengisi waktu luang sebelum menikah; selanjutnya menjadi ibu rumah tangga pnuh waktu
Pola karir kerja stabil
Memasuki dunia kerja sesudah mengikuti pelatihan dan memandang pekerjaannya sebagai karir seumur hidup
Pola karir “double-track
Memasuki karir sesudah pelatihan, lalu menikah dan memulai kedua dalam bidang kerumahtanggaan
Pola karir terinterupsi
Memasuki dunia kerja lalu menikah dan melepaskan karir untuk menjadi ibu rumah tangga penuh waktu, dan mungkin kembali ke dalam karir tergantung pada situasi dirumah
Pola karir tak stabil
Khas terjadi pada masyarakat sosioekonomi lemah, dimana polanya adalah; bekerja, PHK, menjadi ibu rimah tangga, dan kemudian siklus ini berulang lagi
Pola karir “multiple-trial
Tidak pernah mapan dalam satu karir, selalu berubah-ubah pekerjaan.

Lebih lanjut, Super mengemukakan beberapa proposisi-proposisi (dalam Hadiarni & Irman, 2009: 134),  sebagai berikut:

1.        Orang itu berbeda-beda kemampuannya, minat dan kepribadiannya;
2.        Karena sifat-sifat tersebut orang mempunyai kewenangan untuk melakukan sejumlah pekerjaan;
3.        Setiap pekerjaan menghendaki pola kemampuan, minat dan sifat kepribadian yang cukup luas, sehingga bagi setiap orang tersedia beragam pekerjaan dan setiap pekerjaan terbuka bagi bermacam-macam orang;
4.        Preferensi dan kemampuan vokasional, serta konsep diri orang itu berubah-ubah;
5.        Orang mengalami proses perubahan mealui tahap-tahap pertumbuhan, eksplorasi, kemapanan, pemeliharaan, dan kemunduran;
6.        Pola karir ditentukan oleh taraf sosioekonomi orangtua, kemampuan mental, ciri kepribadian dan oleh tersedianya kesempatan;
7.        Perkembangan orang dalam melewati tahap-tahap dapat dipandu dengan bantuan untuk pematangan kemampuan dan minat dan dengan bantuan untuk melakukan dan uji realitas serta untuk mengembangkan konsep diri;
8.        Perkembangan karir adalah proses manifestasi dan membuat kompromi dan ini adalah soal konsep diri;
9.        Proses mensintesis atau kompromi antara faktor-faktor individu dan sosial, antara konsep diri dan realitas, adalah proses permainan peranan dalam berbagai latar dan keadaan;
10.    Penyaluran kemampuan, minat, sifat kepribadian, dan nilai menentukan diperolehnya kepuasan kerja dan kepuasan hidup;
11.    Kepuasan yang diperoleh dari pekerjaan itu selaras dengan peneraapan konsep diri;
12.    Bekerja dan pekerjaan merupakan titik pusat organisasi kepribadian bagi kebanyakan orang, sedangkan bagi segolongan orang lain yang menjadi titik pusat adalah hal lain.

  C.    Kekuatan dan Kelemahan Teori

1.      Kekuatan Teori
Terdapat beberapa kekuatan dari teori ini (Nulla, 2017), yaitu sebagai berikut:
a.       Keputusan karir merupakan rangkaian yang tersusun atas keputusan-keputusan sebelumnya, berdasarkan kecocokan pilihan karir yang berpengaruh pada usaha untuk mewujudkan konsep diri (self concept).
b.      Super juga melakukan penelitian dalam bidang rehabilitasi yang menunjukan bahwa walaupun fisik individu memiliki kecacatan namun terdapat sejumlah potensi yang dimiliki untuk pekerjaan yang dapat dilakukan dengan hasil yang memuaskan sesuai dengan ciri-ciri yang dipersyaratkan oleh pekerjaan itu.
c.       Perkembangan jabatan dipandang sebagai suatu proses yang mencakup banyak faktor antara lain: faktor diri individu, lingkungan yang berinteraksi satu sama lain dan bersama-sama membentuk proses perkembangan karir seseorang.
d.      Pandangan super memiliki beberapa implikasi bagi pendidikan karir dan konseling karir tentang gambaran diri dan kematangan vokasional yang menjadi pegangan bagi sorang pendidik bila merancang program pendidikan karir dan bimbingan karir.

2.      Kelemahan Teori
Super mengusulkan teori bahwa orang melewati tahapan karir tertentu selama masa hidup mereka, waktu transisi antara tahap karir itu lebih merupakan fungsi dari kepribadian individu dan keadaan hidup dari pada usia kronologis. Kelemahan pada teori Super terletak pada waktu yang tidak konvensional tidak secara otomatis membuat tugas pengembangan karir pun lebih sulit, atau memiliki implikasi bahwa hasil akhir akan kurang berhasil (Jayanti, Suharsono, & Ingarianti, 2015)

  D.    Riset-Riset Berkenaan dengan Teori

Terdapat beberapa riset yang berkenaan dengan teori, diantaranya sebagai berikut:

1.      Judul: Pelatihan orientasi karir dalam upaya meningkatkan pengetahuan orientasi karir remaja
Peneliti: Sri Maslihah, Agustiani & Rasni Adha Yuanita
Hasil Penelitian: Penelitian ini dilakukan atas dasar pentingnya persiapan yang harus dimiliki individu dalam membuat keputusan yang tepat tentang karir. Persiapan ini perlu dilakukan mengingat pemilihan karir memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang tidak sekedar mendapat pekerjaan yang sifatnya semertara waktu, namun diantaranya dilakukan dengan melakukan perencanaan terhadap pemilihan bidang studi dengan karir yang diharapkan. Perencanaan terhadap pemilihan bidang studi dimulai saat siswa SMA dihadapkan pada pemilihan jurusan karena kesalahan dalam pemilihan jurusan akan bertampak kurang baik terhadap perkembangan karir siswa. Pelatihan ini menggunakan pendekatan gryerential leaming dan mengacu pada teori orientasi karir dari Super (dalam Sharp, 1992). Merurut Super orientasi karir meliputi tiga dimensi, yaitu (l) informasi dunia kerja, (2) sikap terhadap perkembangan karir dan (3) keterampilan membuat keputusan karir. Hasil pengetahuan orientasi karir remaja siswa kelas X SMAN 4 Bandung menunjukkan setelah diberikan pelatihan terdapat perbedaan peningkatan pengetahuan orientasi karir antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil uji statistik dan analisis deskriptif setiap dimensi orientasi karir pada kelompok eksperimen menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan, jadi pelatihan orientasi karir berperan terhadap peningkatan pengetahuan orientasi karir remaja siswa kelas X SMAN 4 Bandung.

2.      Judul: Gambaran Vocational Interest Siswa dan Jenis Pekerjaan Orangtua Siswa SMA N 3 PADANG.
Peneliti: Elrisfa Magistarina
Hasil Penelitian: Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mayoritas siswa SMA N 3 Padang berminat pada kategori scientific dan medical, sedangkan untuk kategori yang kurang diminati adalah outdoor, practical dan mechanical. Mayoritas ayah memiliki pekerjaan pegawai dan pedagang serta mayoritas ibu merupakan ibu rumah tangga dan pegawai. Tidak banyak siswa yang memiliki vocational interest yang sama dengan orang tuanya, dan dapat disimpulkan bahwa pekerjaan orang tua bukan merupakan sumber informasi utama yang dimiliki siswa dalam mempertimbangkan vocational interestnya.

3.      Judul: Pengembangan Modul Informasi Karir untuk Peserta Didik Kelas X Jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) SMK Negeri 26 Jakarta.
Peneliti: Hutama, P R, et al.
Hasil Penelitian: Penelitian ini dilakukan dengan permasalahan utama, yaitu kurangnya sumber yang dapat digunakan guru BK dalam memberikan layanan Bimbingan dan Konseling (BK) karir. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa modul informasi karir yang dikembangkan dapat digunakan oleh guru BK dalam memberikan layanan bimbingan karir di sekolah.

4.      Judul: Efektivitas Layanan Konseling Karir untuk Meningkatkan Kemampuan Adaptasi Karir Mahasiswa BK FIP UNJ Angkatan 2011.
Peneliti: Robbaniyah, N I, at al.
Hasil Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas layanan konseling karir untuk meningkatkan kemampuan adaptasi karir mahasiswa BK UNJ angkatan 2011. Dari hasil data yang diperoleh dilapangan dapat diinterpretasikan bahwa pemberian intervensi berupa konseling karir efektif untuk digunakan dalam meningkatkan kemampuan adaptasi karir mahasiswa.

5.      Judul: Pengembangan Dumatari Sebagai Media Bimbingan Karier
Peneliti: Nurbaity, Yuliana Rizki, Nadia, Ilham Tawakal, Muhammad Rizky
Hasil Penelitian: Remaja memiliki berbagai masalah yang berkaitan dengan pemahaman, perencanaan dan pemantapan diri berkenaan dengan karier yang penting untuk diperhatikan terutama dalam bidang bimbingan dan konseling. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media berupa sebuah modul pemahaman diri karier (Dumatari) yang layak untuk digunakan baik secara mandiri oleh siswa maupun sebagai media dalam layanan bimbingan karier di sekolah.

6.      Judul: Kematangan Karir Siswa SMA
Peneliti: H.R. Partino
Hasil Penelitian: Layanan bimbingan, persepsi penjurusan, riwayat hidup, efikasi diri dan prestasi akademik berpengaruh terhadap kematangan karir, riwayat hidup berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap kematangan karir, dan prestasi akademik berpengaruh positif terhadap kematangan karir. Temuan ini sesuai dengan teori Super (1994) dan hasil studi Super & Overstreet (dalam Osipow, 1983).

7.      Judul: The Effectiveness of Career Exploration Program for High School Students
Peneliti: Poh Li, Lau1, Aqeel, Khan2, Haslee Sharil Abdullah3 and Fong Peng, Chew4.
Hasil Penelitian: “The purpose of this study to assess the effects of an 8-week Career exploration Program (CEP) on high school students' career maturity and self-concept in Malaysia. This study was based on a pretest and posttest design using a control group. Data were collected from 69 high school students representing the experimental group and 70 high school students making up the control group. Modes of measurement consisted of the Crites Career Maturity Inventory and the Tennessee Self-Concept Scale. Data for this study were coded numerically and analyzed using analysis of covariance. The results revealed that the sample's career maturity and self-concept improved statistically significant. Discussion and implications for school counselor are discussed.” Jadi, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kematangan karir dan konsep diri meningkat secara statistik signifikan melalui Career exploration Program (CEP) (Li, 2011).

8.      Judul: The Validity And Reliability Test For Career Intervention Program Questionnaire (CIPQ)
Peneliti: Abdul Hanid Halit, Ph.D
Hasil Penelitian: “This study has been carried out successfully achieve goals and objectives. Some questions that have been raised in the earlier part of this study can be answered satisfactorily. On the whole, the CIPQ has been carrid out successfully career affect the exploration stage of career development in the tentative among secondary school students studied. This fact has been proved by the findings of this study.”  Teori perkembangan karir dari Super (1971) telah terbukti cocok sebagai dasar untuk menguji program karir terutama pada masa eksplorasi tentati. Program karir di sekolah menengah harus diberikan perhatian tertentu. hal ini dikarenakan program karir di sekolah mengacu pada efektivitas seorang siswa dalam mencapai tugas perkembangannya dan kemampuannya untuk melanjutkan perkembangan dari satu usia ke usia berikutnya. Oleh karena itu, menjadi tanggung jawab unit pelayanan konseling karir di sekolah tertentu untuk memberikan program karir yang mantap yang dirancang untuk membantu siswa menguasai pengetahuan dan keterampilan berkarir.

   E.     Aplikasi Teori dalam BK

Super meyakini bahwa sangat penting bagi individu untuk memiliki pengetahuan tentang dunia kerja sebelum dilakukan konseling. Dalam memberikan layanan informasi karir, guru BK tidak hanya memberikan pengetahuan yang berkaitan dengan dunia karir atau suatu jabatan saja, akan tetapi, guru BK juga harus membantu peserta didik mengenali karakteristik diri dan potensi-potensi yang dimilikinya agar kelak peserta didik dapat memilih karir atau suatu jabatan tertentu yang sesuai dengan preferensi yang ada pada dirinya (Hutama, P R, et al, 2014).

Teori perkembangan karir dari Super (1971) dapat dijadikan dasar untuk menerapkan perkembangan karir siswa di SMA, Super dan Nevill (dalam Halit, 2014) menyatakan bahwa program karir di sekolah menengah harus mempertimbangkan hal-hal berikut ini:

1.      Informasi dunia kerja dan luasnya dimana seorang siswa mengetahui dunia kerja dan langkah apa yang akan diambilnya untuk sukses di dunia kerja.
2.      Eksplorasi karir, yaitu bagaimana seorang siswa menggunakan kemampuan untuk menggunakan informasi tersebut untuk merencanakan karir.
3.      Perencanaan karir, yaitu bagaimana seorang siswa memikirkan masa depan dengan perencanaan karir.
4.      Pembuatan keputusan, yaitu bagaimana siswa terlibat dalam masalah pendidikan dan memilih karier.
5.      Sikap terhadap perkembangan karir, yaitu bagaimana seorang siswa menggabungkan perencanaan karir dan eksplorasi karir.
6.      Pengembangan keterampilan dan pengetahuan karir, yaitu bagaimana seseorang menggabungkan hasil memilih karir dengan dunia kerja informasi.


KEPUSTAKAAN
Ahmad, at al. (2015). Cooking Practices In Vocational Rehabilitation Centres Probation Teens In Malaysia. In: International Conference on Education. 2 - 4 Jun 2015, Universiti Brunei Darussalam.

Chanum, D. I., & Psi, M. (2014). Untuk Peserta Didik Kelas X Jurusan Teknik, 87–91.

Dewi R. (2017). The Relationship Of Relationship Between Self Eficacy And Social Support With Career Maturity On The Student Of Nurse Stikes Muhammadiyah Lhokseumawe. Analitika, Vol. 9 (1) Juni (2017) p-ISSN : 2085-6601 e-ISSN : 2502-4590, Available online http:/ojs.uma.ac.id/index.php/analitika.

Diemer & Blustein. (2006). Critical consciousness and career development among urban youth.  Journal of Vocational Behavior, 68 (220–232).

Hadiarni & Irman. (2009). Konseling karir. Batusangkar: STAIN Batusangkar.

Halit, A. H. (2014). The Validity And Reliability Test For Career Intervention Program Questionnaire (CIPQ). The international journal of social sciences, 19 (1), 45–54, ISSN 2305-4557.

Hami, et al. (2006). Tingkat Kematangan Karir pada Mahasiswa Tingkat Akhir di Universitas Padjadjaran. Fakultas Psikologi-Universitas Padjadjaran.

Jayanti, Suharsono, & Ingarianti. (2015). Nilai Kerja pada Anggota TNI-AD Berdasarkan Tahapan Karir. Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2015, Vol. 2, No. 1, Hal: 79 – 93.

Lent, R. W., Brown, S. D., & Hackett, G. (2002). Social Cognitive Career Theory. Career Choice and Development. https://doi.org/https://doi.org/10.1006/jvbe.1994.102.

Lestari I. (2017). Meningkatkan Kematangan Karir Remaja Melalui Bimbingan Karir Berbasis Life Skills. Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1, ISSBN 2460-1187.

Li, P. (2011). The Effectiveness of Career Exploration Program for High School Students, 20, 226–230.

Maslihah, Agustiani & Yuanita. (2010). Proceeding Psychological Intervention for Increasing Indonesian's Quality of Life (Pelatihan orientasi karir dalam upaya meningkatkan pengetahuan orientasi karir remaja). Yogyakarta: Kanisius.

Magistarina, Elrisfa. (2009). and T ransitions of A thletes, 395–412.

Mulyani, S, at al. Kematangan Karir Siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Cikarang.

Nihayah, U. (2015). MENGEMBANGKAN POTENSI ANAK: Antara Mengembangkan Bakat dan Ekploitasi Ulin Nihayah, 10(April), 135–150.

Nulla. (2017). Teori Perkembangan Karir Donald Super. http://gudangilmukita212.blogspot.co.id/2017/01/teori-perkembangan-karier-donald-super.html, diakses: 14 Maret 2017.

Partino. (2006). Kematangan Karir Siswa SMA. PSlKOLOGIKA Nomor 21 Tahun XI Januari 2006.

Proceeding Seminar Dan Lokakarya Nasional Revitalisasi Laboratorium Dan Jurnal Ilmiah Dalam Implementasi Kurikulum Bimbingan Dan Konseling Berbasis KKNI, 4 – 6 Agustus 2017, Malang, Jawa Timur, Indonesia.

Robbaniyah, N I, at al. (2011). Efektivitas Layanan Konseling Karir untuk Meningkatkan Kemampuan Adaptasi Karir Mahasiswa BK FIP UNJ Angkatan 2011. BK-UNJ.

Savickas, M. L., et al. Life designing: A paradigm for career construction in the 21st century. Journal of Vocational Behavior (2009), doi:10.1016/j.jvb.2009.04.004.

Sugarman, L. (2005). Life-Span Development Frameworks, accounts and strategies Second edition. Psychology Press is a part of the Taylor & Francis Group.

Sullivan, S. E., & Baruch, Y. (2009). Journal of Management. https://doi.org/10.1177/0149206309350082.